Penyebab Sulitnya Seorang Guru Matematika dalam Mengajarkan Materi Matematika Sekolah
adalah keabstrakan objek matematika itu sendiri.
Menurut R.Soejadi (1999:9-13) karakteristik matematika memiliki objek kajian abstrak,
bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang kosong dari arti,
memperhatikan semesta pembicaraan dan konsisten dalam sistemnnya.
Ada empat objek matematika yaitu (1) fakta, (2) konsep, (3) operasi ataupun relasi dan (4) prinsip.
Fakta (abstrak) berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol-simbol.
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikan sekumpulan objek.
Konsep berhubungan erat dengan definisi.
Definisi adalah ungkapan yang membatasi suatu konsep.
Dengan adanya definisi seseorang dapat membuat ilustrasi atau gambar atau lambang dari konsep yang didefinisikan.
Operasi (abstrak) adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan pengerjaan matematika yang lain.
Pada dasarnya operasi dalam matematika adalah suatu fungsi yaitu relasi khusus,
karena operasi adalah aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang diketahui.
Prinsip (abstrak) adalah objek matematika yang komplek.
Dari uraian di atas sifat abstrak objek matematika tersebut tetap ada pada matematika sekolah.
Hal itu merupakan salah satu penyebab sulitnya seorang guru matematika di sekolah dalam mengajarkan matematika di sekolah.
Salah satu strategi yang dilakukan guru matematika harus berusaha untuk mengurangi sifat abstrak dari objek matematika
sehingga memudahkan peserta didik menangkap pelajaran matematika di sekolah.
Dengan kata lain seorang guru matematika, sesuai perkembangan penalaran peserta didiknya,
harus mengusahakan “fakta”, “konsep”, “operasi” ataupun “prinsip” dalam matematika dapat terlihat lebih konkrit.
Seorang guru matematika harus berusaha untuk mengurangi sifat abstrak dari objek matematika itu, sehingga memudahkan peserta didik
menangkap pelajaran matematika di sekolah. Dengan kata lain seorang guru matematika, sesuai perkembangan penalaran peserta didiknya,
harus mengusahakan agar "fakta","konsep", "operasi", ataupun "prinsip" dalam matematika itu terlihat lebih konkret.
Dijenjang sekolah dasar (SD), sifat konkret objek matematika itu diusahakan lebih banyak atau lebih besar dari pada di jenjang sekolah
yang lebih tinggi. Semakin tinggi jenjang sekolahnya, semakin besar atau semakin banyak sifat abstraknya.
Jadi pembelajaran tetap diarahkan kepada pencapaian kemampuan berpkir abstrak para peserta didik.
Sumber bacaan:
R.Soedjadi. 1999. Kiat Pendidikan Matematika Indonesia (Konstasi keadaan masa kini menuju harapan masa depan).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
